Jakarta – Politikus, Budiman Sudjatmiko, bercerita soal pertemuan pertamanya dengan capres dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto. Saat itu, ia dan Prabowo masih “bersinggungan” dan masih menjadi oposisi.
Dalam talkshow kumparan, Info A1, Budiman menceritakan pertemuan pertamanya dengan Prabowo. Saat itu, sekitar tahun 2002, Budiman sudah keluar dari penjara dan Prabowo baru saja kembali dari Yordania.
Pada 1996, Budiman yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa, dipenjara karena dianggap menentang Orde Baru. Di era tersebut, Prabowo sebagai menantu Presiden Soeharto, menjadi bagian dari Orde Baru dan menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus TNI AD dan naik menjadi Panglima Kostrad TNI AD saat Soeharto turun dari jabatannya.
“Saya diajak oleh Nezar [Patria], sekarang jadi Wamen Kominfo. Dua kan dia wartawan majalah, sama-sama [bertugas di] DPRD, di markas kami di Yogyakarta, di UGM. Nezar wawancara, lalu tiba-tiba telepon saya, ‘Bud, aku mau wawancara Prabowo nih, baru pulang dari Yordania’,” cerita Budiman dalam talkshow yang tayang Jumat (25/8) itu.

Ajakan Nezar itu langsung diiyakan oleh Budiman. Apalagi ia ingin mengobrol off the record dengan Prabowo. Off the record adalah istilah saat narasumber memberikan informasi namun tak ingin dipublikasikan.
“Kemudian menemui beliau, diwawancara, lalu ngobrol lain-lain. Lalu Pak Prabowo cuma bilang begini, ‘Kami ini belajar baik dari kalian. Kalian musuh yang bisa kami pelajari. Ya dokumen-dokumen yang kami sita dari kalian itu buat kami belajar juga’,” ungkap Budiman menirukan ucapan Prabowo saat itu.
“[Saat itu kami juga] bicara tentang isu-isu kerakyatan, bicara militansi, bicara tentang gerakan, dan okelah kita belajar banyak,” imbuhnya.
Namun, setelah pertemuan itu, rupanya “urusan” antara Budiman dengan Prabowo belum selesai. Perkara keduanya baru dianggap selesai pada 2009, saat hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Prabowo baik.
“Tapi itu masih belum selesai juga sebetulnya. Saya merasa selesai ketika Pak Prabowo mau menjadi bagian dari pemerintahan Pak Jokowi. Jadi baru, baru 2019 kan beliau masuk,” ucap Budiman.

Setelah kalah dari Jokowi di Pilpres 2019, Prabowo memang memilih berbesar hati merapat ke pemerintahan dan mendapat jabatan Menteri Pertahanan hingga saat ini. Menurut Budiman, pilihan Prabowo itu juga memberikan sebuah keuntungan, salah satunya saat pandemi terjadi.
“Bayangkan kalau beliau ada di oposisi, tentu akan ada banyak hal menjadi politis penyelesaiannya. Dengan kekuatan besar seperti Pak Prabowo, perolehan suaranya juga sangat tinggi di Pilpres 2019, beliau ada di pemerintahan menyebabkan soal teknis tetap menjadi soal teknis,” umbarnya.
Selain itu, Budiman mengaku ia sempat berkunjung ke kantor Prabowo untuk membahas soal industri pertahanan, geo-strategis, hingga postur pertahanan Indonesia. Topik-topik itu sesuai dengan yang sedang ia pelajari.
“Saya ingin menanyakan apa yang Bapak [Prabowo] siapkan untuk Indonesia menghadapi situasi global ini, pertahanan gimana, teknologi gimana, dan harapan beliau membangun universitas pertahanan yang bagus untuk sipil,” tutupnya.
Setelah hubungannya dengan Prabowo membaik, Budiman memutuskan untuk mendeklarasikan dukungannya secara resmi kepada Prabowo. Buntutnya, ia jadi dipecat dari partai yang menaunginya sejak hampir dua dekade, PDIP.
Sumber: Kumparan.com